Kok jadi Penakut yah??

Sebelum saya hamil, saya suka sekali menonton film yang bergenre horor. Kalau ada film horror yang kata orang-orang bagus, maka tanpa ragu dan tanpa pikir panjang pasti saya tonton. Padahal saya bukalah orang yang pemberani cuman senang saja dengan sensasi menonton film horor apalagi kalau nontonnya di bioskop. Tapi anehnya semenjak saya hamil, saya jadi suka ragu dan mikir dua kali kalau mau nonton film horor. Waktu itu sih saya agak mikir karena takut akan efek “kaget” bisa berpengaruh jelek terhadap janin saya. Dan kalaupun dipaksakan menonton, maka sepanjang pemutaran film saya sering menutup mata dengan kedua tangan sambil mengintip melalui celah-celah tangan.

Namun hasil menonton dengan cara seperti ini sangatlah tidak enak. Saya tidak puas karena kurang mengikuti jalan ceritanya dan tidak melihat visualisasinya. Saya ingat, film horor terakhir yang ditonton sewaktu hamil adalah Phobia 2. Film itu sekuel dari film horor thailand “4bia” yang mana saya juga suka. Tapi waktu nonton Phobia 2 saya kebanyakan menutup mata jadi saya tidak punya kesan akan film itu.

Saya pikir efek takut ini hanya ada di masa hamil. Ternyata eh ternyata…efek ini masih ada hingga sekarang, hampir 3 tahun. Saya sekarang jadi malas nonton film horor. Tidak terlalu menikmati. Setiap kali ke bioskop saya pasti tidak minat memilih film horor. Bahkan film Paranormal Activity yang katanya bagus aja tidak saya tonton dengan serius. Waktu itu saya beli dvd ny dan nonton di rumah sambil mengasuh anak. Saya pun tidak berasa nonton, berhubung kualitas DVD bajakannya jelek dan saya pun nontonnya sambil mengasuh anak jadi tidak terlalu ngeh dengan jalan ceritanya. Dan hingga sekarang tidak ada keinginan untuk menontonnya lagi.

Film horor terakhir yang saya tonton adalah…..(saya lupa judulnya!!). Film horor di tahun ini yang sampulnya anak cowok itu loh!!. Saya menyesaaaaaal sekali menonton film ini. Adegan-adegannya menakutkan dan sialnya lagi melibatkan anak kecil. Anak kecil ini diceritakan koma tanpa sebab dan selama dia koma, di rumahnya banyak kejadian aneh yang membuat ibunya ketakutan dan kemudian diketahui bahwa anak ini mempunyai kemampuan travelling ke dunia alam baka sewaktu tidur dan arwahnya tersesat karena ditahan setan yang ingin memasuki tubuhnya supaya bisa kembali ke dunia. Karena arwahnya tersesat maka anak kecil ini pun koma. Ending film ini pun lengkap membungkus kebencian saya karena pada akhirnya arwah suaminya yang pergi ke alam baka untuk menjemput anaknya hilang digantikan dengan arwah setan yang berhasil masuk ke tubuhnya. Anaknya sih selamat dan suaminya pun tetap hidup namun arwahnya adalah arwah setan..yaiiiks.

Saya benci sekali dengan cerita film itu karena saat ini saya juga tidak suka dengan film drama keluarga yang membuat penonton sedih. Apalagi yang melibatkan perpisahan keluarga yang sebelumnya bahagia atau melibatkan anak kecil sebagai korban. Kalaupun dipaksakan nonton, saya akan sukses mewek bombay biar di bioskop sekalipun. Sebelumnya saya jaraaang banget bisa nangis gara-gara film. Film terakhir yang saya tonton dan sukses membuat saya menangis di bioskop adalah The next three days. Padahal film ini happy ending, tapi tetep saya tidak suka dan tidak akan mau menonton ulang. Saat ini film drama keluarga yang bikin penonton sedih apalagi dengan ending yang tidak bahagia sudah saya coret dari daftar genre film pilihan saya. Dan saya tidak akan pernah menyesal kalau tidak menontonnya biar filmnya dapat oscar sekalipun.

Setelah saya pikir-pikir, sepertinya semenjak saya punya anak, saya koq jadi penakut ya??. Penakut yang ternyata tidak hanya terwujud dalam pilihan jenis film tapi juga menyebar ke aspek cara hidup. Kalau penakut yang membuat saya menjadi banyak pertimbangan dalam menentukan pilihan-pilihan yang penting sih sepertinya wajar. Toh..saya sudah punya tanggungan sekarang. Tapiii..saya sebenarnya tidak suka kalau ketakutan ini membatasi jenis pilihan hiburan film. Padahal otak saya sudah rajin men-sugestikan diri saya bahwa yang namanya film itu hiburan, jadi kalau tidak menghibur ya namanya bukan film.

Si Kembar yang Tidak Sama

Saya penasaran, apakah fenotip atau sifat turunan itu terbatas pada sifat fisik saja ataukah hingga ke hal-hal nonfisik (misalnya kepribadian)? Kalau memang diturunkan berarti ada genotipnya juga dong???

Kenapa saya penasaran..ini karena saya punya anak kembar. Punya anak kembar membuat kita bisa membandingan mereka satu sama lain. Konon katanya kesamaan kromosom mereka adalah 50%. Biasanya orang mengira kalau anak kembar pasti wajahnya sulit dibedakan dan perilakunya juga mirip. Tapi hal ini tidak berlaku untuk anak kembar saya. Penampilan fisik dan kepribadian bawaan mereka sangat berbeda, yang satu mirip ayahnya dan yang satu lagi mirip saya. Kalau penampakan fisik, mudah dibayangkan kalau itu memang hasil dari gen yang mereka warisi. Bentuk muka, bentuk hidung yang mancung atau pesek, mata belo atau kecil, bibir lebar atau kecil, ada belah dagu, rambut ikal dll.

Tapi yang bikin saya agak heran adalah sifat kepribadian bawaan mereka yang muncul dengan spontan dan kira-kira teramati dari usia awal (kurang dari setahun). Muncul dengan spontan maksudnya sifat itu muncul tiba-tiba dan tanpa kita latih, berhubung usia mereka saat itu belum memasuki masa meniru  lingkungan.

Beberapa sifat bawaan si kembar yang teramati oleh saya ialah:

Ariq-mirip papa bangeet

Ariq

Sifat fisik: Hidung, bibir, bentuk muka, alis dan belahan dagu dari ayahnya. Matanya mirip kakeknya.

Kepribadian:

Ramah dengan orang asing. Kalau jalan-jalan dia mudah menyapa orang, memberi salam kalau disuruh, apalagi kalau ada bayi/balita cewe..deuh tanpa disuruh pun dia spontan mencium tangan cewe itu, hihihi.

Suka mengamati lingkungan. Ariq paling ga bisa diam, dia suka mencoba-coba benda disekitanya, dipegang, dibanting-banting, dirasain, dirabain dll.

Pemberani. Dia susah ditakut-takutin. Biasanya kalau anak kecil dilarang tapi ga mempan, nah langkah selanjutnya adalah menakut2i..tp ini ga mempan juga sama dia.

Agak cuek dengan respon dari orang. Kalau dia lagi fokus ama sesuatu, terus kita panggil, dijamin dia ga akan nengok. Mau adiknya nangis kaya apapun..dia ga peduli, tetep fokus aja ama kegiatannya. Mau orang marah sama dia, dia biasa aja..ga merasa bersalah.

(Sifat kepribadian ini miriiip ayahnya banget).

atar-mirip mama bangeeet

Atar

Sifat Fisik: Mata dan belah dagu dari ayahnya. Bentuk muka, hidung, bibir, alis mirip bundanya.

Kepribadian:

Cepat menangkap sesuatu hal baru. Dia mudah diajarin hal-hal baru dan cepat bisa mengulang hal tersebut. Misalnya belajar menyebutkan nama-nama objek. Bahkan pada saat usianya kira-kira 1,5 tahun dia bisa membuka celana sendiri (itupun tanpa kita latih).

Perhatian dengan respon orang-orang. Dia tau kalau ariq nangis dan kalau orang marah sama dia, mukanya seperti merasa bersalah dan bahkan akan menangis.

Agak judes dengan orang yang baru dilihat. Dia susah dekat dengan orang yang baru dilihatnya. Butuh beberapa kali interaksi baru dia bisa dekat dengan orang baru tersebut.

Penakut. Dia mudah ditakut-takuti..hehe dan pelit.

(Sifat kepribadian atar ini miriip saya bangeet).

Yang awalnya menarik perhatian saya adalah sifat pelitnya atar. Dia paling susah kalau diminta berbagi ama ariq atau misalnya kita minta makanannya. Padahal kalau ariq sebaliknya. Dan sifat pelit ini kan ga ada yang ngajarin (ga mungkin dong pas awal-awal lahir ortu dan keluarga lainnya pelit ama dia, berhubung dia masih bayi) tapi satu yang pasti, yaitu saya juga peliiit (hehehe…tp bundanya lg belajar koq utk mengubah sifat jelek ini). Terus kalau dari ariq, sifat  yang bikin ngeh itu…sifat cueknya. Berhubung kita juga ga mungkin dong cuek sama bayi yang baru lahir..dan sifat ini miriiip banget ama ayahnya.

Kalau seperti ini, berarti dari mana kepribadian spontan itu berasal? Apakah mungkin bila sifat itu diturunkan dan ditulis di DNA kita??. Kayanya belum pernah belajar tentang ini di ilmu biologi atau bahkan biokimia. Kalau kata suami saya sih, memang pernah ada yang bilang, manusia itu mempunyai memori tingkah laku yang diturunkan. Tapi saya lupa lagi detail ceritanya.

Things that i miss from my self since i have the twinners…

1. planing and execution on my daily role.

I am not a plan-freak. I also won’t frustrated if my plan is not goes well. But however i like to have scheduled days. Not so tightly, but just based on “morning-afternoon-night” like. I want my days organized so i could utilize it as well as possible.  I frequently plan my days but now, for almost 2 years, my daily activities seems run on irregular path.

I try to make plan but it kind of hard to implement. I don’t exactly know the reason. Sometime i thought it’s because the interruption from the twin. Since my life now is all about them, so they need will always win from all the things i want to do. But I doubt it..because if I’m aware of the twin’s need then i should have consider that in my plan. So why?? well i don’t know for sure, but maybe it’s just because a matter of habit. Maybe i should keep trying to plan my days until it embedded in my habit again.

2. Talking to God

I do my prayer because i need it. So far, i feel that time after Shalat is one of the best media to “talk to God”. I need just a little quite time to pray and “talk to God”. A little time to confide and tell about my feeling, thought, problem, obstacle and hope. Usually after doing this, i feel lighter, more calm, my mind is more organize and sometime i get inspire. But now, this little time is kinda hard to get.

–btw, right now, I just remember these two things. I still think there are other things that i forget. I”ll add it right away as soon as i remember–

The butterfly effect in my twinners

We never know for sure or it may be difficult to predict what can happen exactly if there are small changes occur in our surrounding. For example, what would happen if there are some youth gather? it maybe resulted something bad like fighting or something good like independence movement like our founding father did.

This things are like the butterfly effect, a hurricane can happen if there were butterfly flapped its wings several weeks before. The butterfly effect is  commonly use in chaos theory where by definition is a sensitive dependence on initial conditions. Here, I’m not going to talk about chaos theory, since I’m not an expert in the area. I just wanna share the unique result of my observation on the twin. The result where i assume is kind of similar with the butterfly effect.

At this age, my twin is insanely active and energetic. They can’t stay calmed or sit quietly in the chair. Especially Ariq, he can only remain silent when he sleep. They just love to move, running in a wide space, taking, tasting and observing stuff which they rarely see. They got bored easily with static toys but they love toys that make them move. They will angry and crying if they can’t have what they want.

At this age, if there is an option to not take them when i have to go outside for a while, I definitely would choose that option. Sometimes  I ashamed of their riot behavior in public area. I even think that by seeing their tantrum, people will be discouraged to have children. Some people says that it’s common behavior for toddlers around their age. But so far, they are more active than  any other toddlers I ever see. In conclusion, it will cost a lot of energy to take care of the twin at this age (but why i still fat??hehe, it’s another discussion).

I thought this energetic behavior is embedded in each of them. Until i observe that if they were separate, the energetic things will disappear or decrease. For example, if one of them was away with their grandparent then the other one who stay at home will be less active, even Ariq can stay quite in the chair while having his milk. There are no riot, running or screaming, or fighting (of course) but still there are crying, but just a little. After i asked to my parent, the other one who out with them was doing the same, less active. But after several hours separated, the riot is definitely happen by the second they meet each other. It’s like 1+1 is not equal with 2 but 4 or 8!!. Yeah, it is like the butterfly effect..